Amerika Serikat (AS) harus mencoba membuktikan bahwa mereka tidak berada di belakang kasus penghancuran pipa gas Nord Stream yang menghubungkan Rusia ke Eropa Barat. Hal tersebut disampaikan Kedutaan Besar Rusia untuk AS.
“Moskow menganggap penghancuran pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 September lalu sebagai tindakan terorisme internasional dan tidak akan membiarkannya ditutup-tutupi,” kata kedutaan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (16/2/2023), dikutip Reuters.
Kedutaan merujuk pada unggahan blog jurnalis Seymour Hersh. Mengutip sumber tak dikenal, Hersh mengatakan bahwa penyelam Angkatan Laut AS telah menghancurkan pipa dengan bahan peledak atas perintah Presiden Joe Biden.
Namun, Gedung Putih menolak tuduhan palsu Rusia. Sebelumnya, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan AS tidak ada sangkut pautnya dengan kasus Nord Stream, dan memprovokasi komentar baru Rusia.
Sebagai informasi, kebocoran pipa gas Nord Stream 1 dan 2 milik Rusia tahun lalu telah memancing keributan di antara kubu Kremlin dan Uni Eropa.
Kremlin mengatakan bahwa negara asing kemungkinan bertanggung jawab atas insiden yang mengakibatkan kebocoran pada pipa gas Nord Stream 1 dan 2 yang menghubungkan Rusia ke Eropa.
Rusia sempat mengatakan pecahnya jaringan pipa Nord Stream yang menyebabkan kebocoran gas di lepas pantai Denmark dan Swedia terjadi di wilayah yang dikendalikan badan intelijen AS. Tak heran jika negara Vladimir Putin itu menuding AS berada di balik kasus kebocoran.
Di sisi lain, Uni Eropa juga menduga adanya sabotase di balik kebocoran gas pada pipa bawah laut Rusia ke Eropa.
Bahkan politisi di seluruh Eropa memperingatkan dugaan sabotase dari dua jalur pipa Nord Stream, yang bisa saja menandai tahap baru perang hibrida dengan menargetkan infrastruktur energi untuk melemahkan dukungan ke Ukraina.