Layanan BPJS Kesehatan akan berusia 10 pada Januari tahun depan. Kendati sudah akan berusia sewindu, layanan BPJS masih belum mampu membawa Indonesia ke dalam tiga besar sebagai negara dengan layanan kesehatan terbaik di ASEAN.
CEOWORLD magazine Health Care Index 2021 menempatkan Indonesia ke peringkat 52 dalam rangking sistem kesehatan global dari 89 yang disurvei. Indonesia kalah jauh dengan negara tetangga di ASEAN seperti Thailand (13), Singapura (24), atau Malaysia (34).
Health Care Index merupakan analisis statistik mengenai sistem kualitas kesehatan di masing-masing negara berdasarkan infrastruktur kesehatan, profesionalitas tenaga kerja, kompetensi, kesiapan pemerintah, hingga ongkos kesehatan per kapita.
Dari penilaian tersebut, lima besar negara dengan pencapaian terbaik adalah Korea Selatan, Taiwan, Denmark, Austria, dan Jepang.
Thailand menjadi negara ASEAN dengan layanan kesehatan terbaik. Seperti Indonesia, Negara Gajah Putih juga memiliki program jaminan kesehatan nasional layaknya BPJS Kesehatan.
Thailand bahkan sudah menggagas konsep jaminan kesehatan bagi warga rentan dan miskin pada 1975. Thailand kemudian merevolusi program kesehatan mereka pada 2002 untuk memungkinkan semakin banyak warga miskin yang terdaftar di program tersebut.
Program Universal Health Coverage Scheme kemudian diperkenalkan pada tahun tersebut.
Negara Gajah Putih kemudian juga membagi program Universal Health Coverage Scheme ke dalam tiga kelompok yakni Civil Servant Medical Benefit Scheme (CSMBS) untuk pegawai negeri sipil, Universal Coverage Scheme (UCS) untuk pekerja swasta, serta Social Security Scheme (SSS) untuk masyarakat di luar program CSBS dan UCS.
Program tersebut memiliki sejumlah keuntungan mulai dari penyediaan layanan kesehatan secara umum, layanan rehabilitasi, perawatan medis dengan biaya tinggi, serta layanan darurat.
Untuk menjadi anggota program tersebut, warga Thailand harus mendaftar kepada otoritas kesehatan setempat dan akan mendapatkan “kartu layanan”.
Program Universal Health Coverage Scheme sudah menjangkau 100% warga Thailand pada 2011. Angka ini merupakan kemajuan pesat mengingat hanya 25% dari warga Thailand yang terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan nasional pada 2001.
Berbeda dengan BPJS Kesehatan, pemerintah Thailand sama sekali tidak memungut premi dari Universal Health Coverage Scheme. Semua layanan kesehatan diberikan secara cuma-cuma tanpa iuran bulanan.
Dengan program Universal Health Coverage Scheme, warga Thailand bisa mengakses kesehatan secara gratis dari bayi, kecuali jika ada pemintaan untuk kamar rawat inap yang lebih tinggi kelasnya atau biaya obat yang berada di luar obat generik.
Program ini bukan tanpa celah. Pada awalnya Universal Health Coverage Scheme dikritik karena layanan kesehatan antar wilayah belum setara. Sama dengan BPJS Kesehatan, UCS Thailand juga dihadapkan pada persoalan pembengkakan anggaran.
Sektor kesehatan di Singapura dijalankan bersama-sama oleh pihak pemerintah dan swasta dengan sangat baik. Kelas perawatan rumah sakit di Singapura terbagi ke dalam lima kelas yakni, A, B1, B2+, B2, dan C.
Kelas tersebut dibedakan berdasarkan fasilitas serta berapa ranjang dalam ruangan.
Semakin tinggi kelas maka semakin besar pula biaya yang harus ditanggung secara pribadi dan semakin kecil subsidi. Biaya perawatan kelas B2 dan C yang berada di kisaran S$ 37-83 per hari ditanggung 80% oleh pemerintah.
Singapura juga memberikan sejumlah subsidi untuk pembelian obat-obatan, vaksinasi, hingga layanan rawat jalan ke dokter spesialis dengan besaran subsidi yang berbeda.
Subsidi untuk perawatan akut juga dibedakan berdasarkan pendapatan rumah tangga per kapita per bulan (PCHI).
Untuk membiayai perawatan kesehatan di luar subsidi, Singapura menyediakan program proteksi kesehatan yakni Medisave, Medishield, Medifund, dan Eldershield.Untuk program Medisave, pekerja di Singapura akan diwajibkan menabung 20% dari pendapatannya per bulan. Dari 20% tersebut, sebesar 7-9,5% akan digunakan untuk membayar layanan kesehatan.
Untuk mendapatkan perlindungan tambahan penyakit berat seperi kanker dan leukemia, warga Singapura bisa mengikuti program Medishield.
Program Medifund digunakan untuk mereka yang sudah kehabisan “tabungan” di akun Medisave dan Medishield.
Semetara itu, program Eldershield ditujukan kepada mereka yang berusia 40-65 tahun dan memiliki keterbtasam. Program ini memberikan bantuan sebesar S$300 per bulan selama lima tahun.
Sama seperti Singapura, Malaysia membagi operasional sistem kesehatannya antara publik dan swasta. Layanan kesehatan publik yang dijalankan pemerintah memungut biaya yang sangat rendah.
Pemerintah Malaysia juga memberikan subsidi yang sangat besar kepada fasilitas layanan kesehatan untuk menekan biaya ruma sakit.
Malaysia juga menyediakan program perlindungan nasional bernama Mysalam.
Asuransi tersebut diberikan gratis kepada mereka yang memenuhi syarat dan diharapkan bisa menjangkau 6,8 juta warga Malaysia atau 21% dari warga Negara Jiran.
Di antara syarat tersebut adalah warga berusia 18-65 tahun, berpenghasilan kurang dari MYR 24.000 per tahun atau kurang dari 82 juta/tahun.
Mysalam memungkinkan warga Malaysia untuk mendapatkan layanan gratis senilai MYR 8.000 atau sekitar Rp 27 juta. Program tersebut bisa digunakan untuk pengobatan 45 penyakit kritis atau tindakan medis termasuk operasi otak.