Ini Sekolah Internasional Pertama di RI, Ramai Anak Crazy Rich Eropa

Lalu, tahukah Anda apa sekolah internasional pertama di Indonesia?
Jika https://huatkas138.site/ berpikir sekolah internasional pertama berdiri di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya, maka Anda salah. Sekolah internasional pertama di Indonesia justru berada di Kabanjahe, Sumatera Utara.
Sekolah itu bernama Highlands School Kabanjahe yang didirikan oleh orang Inggris, William Stanley Cookson dan Bernice, pada 1925. Keduanya mendirikan sekolah dengan alasan agar anak-anak para pekerja asing di Sumatera dan sekitarnya bisa bersekolah dekat dengan tempat kerja orang tuanya.
Kala itu, Kabanjahe atau wilayah Sumatera dan Malaya secara umum, banyak dihuni oleh penduduk Eropa. Ini bisa terjadi imbas masifnya perkebunan dan perdagangan di Sumatera dan Malaya. Jadi, orang Eropa yang membawa anak-anaknya ke Indonesia atau Asia Tenggara, bisa menyekolahkannya ke Highlands School Kabanjahe.
Dalam iklan yang diwartakan harian De Sumatra Post (31 Desember 1935), sekolah tersebut terdapat berbagai macam ekskul, ada tempat tinggal bagi murid, dan disediakan pula hotel bagi orang tua murid. Semua keunggulan tersebut dibalut dengan cuaca dingin udara Kabanjahe, sehingga membuat mereka seakan-akan berada di Eropa.
Dalam penelusuran, tak ada data berapa biaya masuknya. Namun, dapat dipastikan harganya sangat mahal dan hanya golongan elit saja yang bisa bersekolah. Terlebih, saat itu akses pendidikan bagi kaum pribumi sangat sulit dan mahal. Untuk menempuh sekolah formal yang disediakan pemerintah, hanya kaum bangsawan saja yang bisa bersekolah.
Alhasil, sekolah tersebut hanya dimasuki oleh orang berduit atau kalangan crazy rich.
Pewartaan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (4 Juli 1939) menyebut, murid-murid sekolah tersebut mayoritas berkebangsaan Inggris yang tinggal di Sumatera, Jawa, atau Bangkok. Selain itu, ada pula yang berkebangsaan AS, Swedia, Norwegia, Jerman, Belanda, dan Prancis. Total muridnya yang semula bisa dihitung jari melesat menjadi ratusan murid dalam satu semester.
Alasan mereka jauh-jauh pergi sekolah ke Kabanjahe disebabkan juga oleh ketiadaan sekolah internasional lain di Asia Tenggara. Jadi, mau tidak mau, mereka memasukkan anak-anaknya ke Highlands School Kabanjahe supaya bisa mendapat pendidikan seperti yang ada di negara asalnya.
Kendati tidak ada murid pribumi di Highlands School Kabanjahe, pihak sekolah memperkerjakan warga lokal di urusan administrasi dan pelayanan, seperti menjadi staf tata usaha atau asisten rumah tangga.
Meski begitu, usia Highland School Kabanjahe tak lama. Pada 1942, operasional sekolah tersebut tutup usai Hindia Belanda dijajah Jepang. Seluruh guru dan muridnya terpaksa mengungsi.
Setelah merdeka, kerusakan berat membuat sekolah tersebut tak lagi bisa digunakan. Alhasil, pengelola terpaksa menutup permanen dan membuat Highland School Kabanjahe tinggal sejarah.