Biasanya 1 juta, Penumpang KRL Jabodetabek Cuma 400 Ribu/Hari

Kondisi di Stasiun Manggarai Jakarta Selatan pada Kamis (28/5/2020) terpantau masih ramai. Banyak warga yang berlalu lalang meski masih memasuki pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB dan akan berakhir 4 Juni 2020 di DKI Jakarta.

Di stasiun, para pengguna KRL khususnya dari sejumlah daerah penyangga Jakarta masih banyak berdatangan ke Ibu Kota saat jam kerja.

Dari pantauan CNBC Indonesia dilapangan, Kamis (28/5/2020), penumpang di Stasiun Manggarai terdiri dari berbagai macam kalangan. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak masih terlihat bepergian menggunakan KRL.

Sementara itu, tampak petugas keamanan stasiun akan menegur penumpang jika tak menggunakan masker dan tidak menerapkan physical distancing atau menjaga jarak.

Kendati begitu, situasi di Stasiun Manggarai tidak sepadat di saat-saat jam kerja. Penumpang di dalam kereta pun terlihat relatif sepi.

Untuk diketahui sebelumnya, PSBB untuk memutus penyebaran virus Corona atau Covid-19 belum dapat diterapkan 100%.

Begitu juga dengan tulisan larangan duduk atau saling menjaga jarak saat berada di dalam gerbong. Sesuai aturan moda transportasi saat masa PSBB, KRL harus membatasi jadwal kereta begitu juga kapasitas penumpangnya, yakni maksimal 50% dari jumlah normal. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT Kereta Commuter Indonesia telah menambah 3 stasiun khusus untuk pembelian tiket elektronik, artinya jumlah ini akan melengkapi 5 stasiun serupa yang sudah ada.

“Tiga stasiun ini adalah Stasiun Bogor, Cilebut dan Cikarang. Ini dilakukan untuk mengurai kepadatan,” ujar VP Komersial PT Kereta Commuter Indonesia, Karina Amanda, dalam webinar Bincang LinkAja “Sinergi BUMN: Akselerasi Pembayaran Digital dalam Ekonomi New Normal” di Jakarta, Rabu (15/7/2020).

Nantinya, dari seluruh stasiun yang jumlahnya ada 80, akan dibuat sistem yang sama. Hal ini untuk mengatur kepadatan penumpang. Adapun saat ini, jumlah penumpang harian memang menurun dibanding sebelum Pandemi Covid-19.

“Normal 1 juta penumpang. Sekarang belum 1 juta, tapi sudah di angka rata-rata 400 ribu penumpang/hari,” katanya lagi.

Stasiun khusus ini nantinya akan memudahkan penumpang yang melakukan transaksi secara non tunai. Manajemen Kereta Commuter Line terus melakukan sosialisasi bagi penumpang untuk menggunakan layanan transaksi non tunai baik chip base hingga digital. Salah satunya adalah dengan menggunakan LinkAja, yang merupakan hasil kolaborasi antara 10 BUMN.

“Secara populasi transaksi (digital) by ekosistem 70% sudah menggunakan layanan elektronik,” ujarnya lagi.

Sebelumnya, pada satu tahun usia LinkAja, Direktur Marketing LinkAja, Edward Kilian Suwignyo mengatakan ada dua ekosistem yang dibangun LinkAja dalam kurun setahun terakhir. Pertama untuk kebutuhan pembayaran tagihan masyarakat dan kedua pada transportasi umum.

“Bahwa kebutuhan masyarakat yang menjadi kebutuhan sehari-hari bisa dimasukkan ke dalam digital. Area pertama adalah fokus dari Linkaja,” ujarnya.

LinkAja melakukan adaptasi untuk pembayaran telekomunikasi, pembayaran tagihan rumah tangga, telepon rumah, juga pembayaran merchant, baik merchant seperti Indomaret, kemudian merchant nasional nasional lainnya.

“Ada lebih dari 1.500 merchant e-commerce dan digitalisasi di 466 pasar,” ujarnya lagi.

Sementara untuk transaksi digital bagi transportasi, Linkaja bisa digunakan untuk membeli tiket perjalanan Commuter Line, MRT, hingga membayar transaksi di KAI Access. Sementara untuk LRT akan bisa dilakukan pembayaran menggunakan LinkAja dalam waktu dekat.

“Ini ekosistem fokus utama Linkaja yang dibangun 1 tahun, sehingga mendukung masyarakat produktif tapi tetap sesuai protokol,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*