Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku waspada terhadap adanya kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS), yang merupakan bank kecil dan regional dapat berdampak sistemik.
Kejatuhan SVB ini, kata Sri Mulyani dapat dijadikan studi kasus untuk Indonesia. Bendahara negara ini menjelaskan, dalam beberapa minggu terakhir, bank regional yang hanya memiliki aset sebesar US$ 200 miliar telah menimbulkan guncangan terhadap para nasabah lainnya di bank-bank besar.
Pemerintah AS pun, kata Sri Mulyani akhirnya memutuskan untuk akhirnya melakukan bailout atau memberikan dana talangan kepada SVB, untuk tidak membuat panik para deposan di bank lainnya.
“Ini pelajaran yang harus kita lihat, bahwa bank yang kecil dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik,” jelasnya dalam konferensi pers, Selasa (14/3/2023).
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) juga memutuskan untuk memberikan kepastian penyelamatan insured maupun non insured deposit.
Sri Mulyani dalam kesempatan itu, juga merinci, bahwa analisa awal penyebab kebangkrutan SVB karena terjadi tiga hal.
Pertama, sektor yang dibiayai oleh SVB adalah khusus startup dan startup yang telah mengalami penurunan kinerja pada tahun 2022. “Terlihat dari berbagai indikator dan menyebabkan ancaman penyaluran deposito yang meningkat tinggi. Kinerja kredit menurun,” jelas Sri Mulyani.
Kedua, SVB mengalami kenaikan lebih dari tiga kali lipat dalam kurang lebih 2 tahun. Deposito banyak, namun penyaluran kredit tertahan karena kinerja startup yang menurun signifikan. Menyebabkan kondisi neraca keuangan SVB mengalami tekanan.
Permasalahan ketiga yang dialami SVB, kata Sri Mulyani deposito yang meningkat tinggi dibelikan surat berharga negara di AS, yang jangkanya panjang dan surat berharga negara ini mengalami penurunan nilai ini karena interest rate The Fed yang naik.
“Kalau interest rate naik, maka harga dari surat berharga mengalami koreksi. Ini semuanya menyebabkan SVB balance sheetnya mengalami penurunan,” ujarnya.
Sehingga timbul rumor terjadi bank run, situasi ini bisa berkembang hanya 1×24 jam.
“Makanya kita perlu waspada, karena transmisi dari persepsi dan psikologi itu bisa menimbulkan situasi yang signifikan bagi sektor keuangan di AS,” jelas Sri Mulyani.
“Meskipun demikian, ini tidak akan menimbulkan seperti Lehman Brothers moment saat 2008, tentu kita berharap Amerika Serikat bisa stabilkan sektor keuangan,” kata Sri Mulyani lagi.